BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 07 Januari 2010

Menurut saya Bahasa Indonesia itu?

Akhir-akhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataannya bahwa, semua ahli dalam bidang apapun sedang memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalama masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang berada disekitar manusia dapat diungkapkan kepada orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi dapat memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaannya masing-masing. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mereka harus mengetahui bahwa dibandingkan dengan bahasa tubuh, bahasa ucap dengan suara lebih banyak keunggulannya.
Dahulu bahasa melayu yang melanda Indonesia, kini telah disahkan oleh para pemuda,
ikrar yang dikenal dengan nama “Soempah Pemoeda” ini butir ketiga berbunyi “Kami poetera-poeteri Indonesia, mendjoendjoeng tinggi bahasa persatoean, bahasa Indonesia” (Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia). Dalam mengemban misinya, bahasa Indonesia terus berkembang seiring dengan keperluan dan perkembangan bangsa Indonesia, walaupun ada perkembangan yang menggembirakan dan ada perkembangan yang menyedihkan dan membahayakan, Dualisme perkembangan ini memang merupakan dinamika dan konsekuensi bahasa yang hidup Tetapi, karena
bahasa Indonesia sudah ditahkikkan sebagai bahasa yang berkedudukan tinggi oleh bangsa Indonesia, ia harus dipupuk dan disemaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab agar ia bisa benar-benar menjadi “cermin” bangsa Indonesia.

Akibatnya, pemakai bahasa Indonesia merasa apatis atau masa bodoh melihat kekangan-kekangan yang hebat terhadap bahasa Indonesia ketika itu. Seolah-olah bahasa Indonesia tidak akan mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Kaum penajajh ketika itu memang menginginkan seperti itu sehingga pemakai bahasa Indonesia merasa diri tidak berguna mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia. Orang Indonesia ketika itu merasa lebih terpelajar dan terhormat aoabila menguasai bahasa Belanda dengan baik. Orang Indonesia tidak merasa malu apabila tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, tetapu akan merasa ada yang kurang apabila tidk menguasai bahasa Belanda dengan baik. Akibatnya, tidak banyak orang Indonesia yang mau mempelajari bahasa Indonesia dengan serius dan cukup menguasai bahasa Indonesia ala kadarnya untuk komunikasi umum.Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami oleh sebagian besar pemakai bahasa Indonesia adalah sampai saat ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia yang lengkap.

sebagian besar masyarakat Indonesia, Bahasa Indonesia masih merupakan bahasa kedua setelah bahasa daerah (bahasa ibu). Termasuk juga bagi anak-anak Indonesia yang lahir dari perkawinan campur antar
bangsa. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama kebanyakan kita temui pada keluarga yang terbentuk dari perkawinan antar etnis. Kalau kita lihat dari sejarah, Bahasa Indonesia lahir dari Bahasa Melayu yang pada zaman dulu menjadi bahasa perdagangan antar pulau di Nusantara. Kemudian dikukuhkan menjadi Bahasa Persatuan melalui momen Sumpah Pemuda. Bahasa Melayu menjadi dominan di kala itu dikarenakan fleksibelitasnya akan bahasa-bahasa lain. Karena interaksi bangsa Indonesia saat itu lebih banyak dengan orang-orang Arab, maka Bahasa Arablah yang banyak diserap ke dalam Bahasa Melayu. Pengembangan suatu bahasa terkait dengan bahasa sumber dari bahasa tersebut. Perkembangan Bahasa Melayu tidaklah terlalu signifikan pada saat ini. Kemiskinan dalam memproduksi kata-kata baru membuat Bahasa Melayu menjadi stagnan dan cendrung dianggap sebagai bahasa kuno. Sehingga kalau kita mencoba mengembangkan bahasa Indonesia dengan merujuk kepada bahasa asalnya memang agak sulit. Eksistensi bahasa, selain dipengaruhi kemassifan penggunaanya, juga didukung oleh kemampuan bahasa tersebut dalam mengungkapkan fenomena baru yang berkembang. Bahasa secara filosofis adalah pengungkapan manusia atas realitas melalui simbol-simbol. Oleh karena itu, perkembangan Bahasa Indonesia sangat tergantung pada tingkat keberhasilan menciptakan kosa kata dan istilah-istilah baru. Saat ini Bahasa Inggris menjadi Bahasa No. 1 di dunia. Sehingga pengembangan Bahasa Indonesia sangat tergantung pada dinamisasi penyerapan kata-kata Bahasa Inggris. Tentu saja hal ini penuh resiko. Penyerapan bahasa tidaklah murni pada pengambilan kosa kata saja tapi lebih dari itu. Budaya yang melatarbelakangi bahasa tersebut ikut terbawa. Sedangkan banyak kultur negeri asal Bahasa Inggris yang tidak sesuai dengan konteks Indonesia. Kita tidak perlu apriori. Penyerapan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia merupakan keadaan yang tak dapat dielakkan di era global dewasa ini. Namun satu hal yang perlu dicatat, jangan sampai situasi ini mengakibatkan alienasi keberadaan Bahasa Indonesia. Sebagai langkah alternatif, menurut penulis sudah saatnya penyerapan kosa kata Bahasa Daerah semakin digiatkan. Tidak saja akan berpengaruh positif pada penguatan persatuan nasional, tapi juga penting dalam pemeliharaan Bahasa Daerah yang saat ini mengalami kemunduran luar biasa. Sangat disayangkan potensi kekayaan kosa kata dan makna Bahasa Daerah yang dekat dalam kesehariaan kita dibiarkan begitu saja.

Problem kedua penggunaan Bahasa Indonesia adalah masih kentalnya dialek daerah dalam percakapan. Dalam pergaulan kita sering mendengar Bahasa Indonesia ala Minang, Bahasa Indonesia ala Medan, Bahasa Indonesia ala Papua, Bahasa Indonesia ala Sunda, Bahasa Indonesia ala Jawa, dan lain sebagainya. Seringkali hal ini membuat risih telinga. Kita tidak punya standar dialek Bahasa Indonesia yang baku. Jika dikatakan dialek Bahasa Indonesia yang benar adalah dialek Jakarta, maka ini barulah sekedar asumsi belaka. Akhirnya, ketika kita meletakkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan, maka kepedulian kita demi keberlangsungan eksistensi Bahasa Indonesia sangatlah diperlukan. Tidak hanya sebagai alat untuk berkomunikasi, tapi lebih dari itu, dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita bisa menampakkan pesona keluhuran budi bangsa Indonesia.

Selasa, 05 Januari 2010

Puisi :)

Aku dan kamu
Saat tanpamu hidupku ada yang kurang, rindu menghampiri
Saat denganmu terasa membosankan, semua jenuh
Kenapa ini terjadi?
Saat tanpamu ternyata hanya kamu yang mengerti diriku ini
Saat denganmu slalu pertengkaran yang ada diantara kita
Ini semua bukan mau kita.
Ini semua harus kita jalani.
Kenapa ini terjadi?
Karena walaupun aku denganmu atau tanpamu
Kita harus lewati ini berdua
Tanpa memikirkan adanya perbedaan
Karena itu penyebabnya.
Aku tak ingin kita berpisah bagaimanapun caranya

Datang pergi
Kukira selama ini kau melupakanku
Ku sangka tak ada cinta lagi di hatimu
Sudah lama ku tak memimpikanmu
Wajahmu suaramu indahnya
Kau tak bisa sesuka mempermainkan hatiku
Kau datang cepat kau pergi juga cepat
Disaat hati ini kosong kau ada
Saat ku membutuhkanmu kau tak ada
Ingin ku teriakkan namamu
Teriak sekuat cintaku padamu
Tapi itu takkan terjadi
Karena ku teriak dalam hatiku saja

Jatuh cinta
Ku kenal seorang pria
Gagah dan mempesona
Wajahnya senyumnya ingin ku miliki
Matanya hidungnya ingin ku miliki
Jika ku bertemu dengannya
Hatiku terasa bergetar
Setiap malam ku bermimpi
Andai dia menjadi miliku
Aku jatuh cinta
Aku sungguh cinta kepadanya
Aku ingin dia tau bahwa
Aku mencintainya

Jumat, 01 Januari 2010

Resensi Buku









Judul Buku : Teknologi Bioenergi
Penulis : Erliza Hambali, Siti Mujdalipah, Armansyah Haloman Tambunan, dkk.
Penyunting : M. Topan Nixon dan Tharien Agnes
Desain : Teguh Widyanto
Penerbit : PT AgroMedia Pustaka, cetakan kedua, 2008
Jumlah Halaman : XIII+105

Buku yang menyajikan informasi mendasar mengenai bioenergi ini sangat baik untuk masyarakat agar mereka lebih mengerti tentang pentingnya bahan bakar bioenergi disaat dunia mengalami krisis energi karena global warming.
Sebagai bagian dari masyarakat modern, saya pikir sangatlah penting untuk bagi kita mengetahui hal-hal yang bertujuan menyelamatkan bumi dan menjaganya untuk generasi yang mendatang. Apalagi Indonesia yang memiliki bahan baku yang melimpah, sehingga sangat mudah membuat bioenergi. Buku ini adalah salah satu sarana yang menyediakan informasi itu bagi kita. Ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil yang telah membawa implikasi negatif terhadap lingkungan. Tujuan pengarang untuk menulis buku ini adalah menyampaikan kepada para pembaca mengenai salah satu bentuk energi alternative yang paling prospektif untuk dikembangkan, yaitu bioenergi.
Jangan dibayangkan buku ini penuh dengan istilah-istilah yang sulit dimengerti, buku ini telah dikemas dalam kata-kata yang mudah dicerna, tanpa mengurangi sedikit pun arti esensial dari informasi yang akan disampaikan, Tak heran begitu banyak penulis dari buku ini. Enam jenis bioenergi dibahas dalam buku ini, dengan membahas dalam satu per satu bab yang ada. Biodiesel yang menggunakan minyak-minyak dari tanaman dan hewan. Bioetanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen selulosa. Biogas, yaitu gas yang dilepaskan bahan organik seperti kotoran ternak yang difermentasi. Pure Plant Oil (PPO), yaitu penggunaan vegetable oil sebagai BBM. Biobriket yang juga berasal dari sisa-sisa bahan organik, namun teknolonginya adalah pemampatan dengan daya tekan tertentu. Terakhir, bio-oil yang mungkin sedikit lebih asing, yaitu bahan bakar cair berwarna gelap, diproduksi dari biomassa seperti kayu, kulit kayu, dan kertas.
Pembaca tidak akan kesulitan memahami setiap informasi yang ada, karena semuanya disusun dengan kerangka yang jelas. Yang membantu pembaca yang ingin menggunakannya mengetahui betul bagaimana standar yang baik. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan skema dan grafik, serta data-data statistik yang terpercaya, misalnya diambil dari Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi, atau dari sumber buku referensi yang dapat dijamin kebenarannya.

Resensi Film

Judul : Heart Break.com













Jenis Film : Comedy Romance
Produksi : One Star Productions
Produser : Affandi Abdul Rachman
Durasi : 107 menit

Cast & Crew
Pemain : Ramon Y. Tungka, Raihaanun Soeriaatmadja, Gary Iskak, Omesh, Richa Novisha,
Sophie Navita, Edo Borne, Shara Aryo, Jajang C. Noer, Yama Carlos


Sutradara : Affandi Abdul Rachman
Penulis : Syamsul Hadi

AGUS (Ramon Y. Tungka) sedang patah hati dengan pacarnya tercinta, NAYLA (Raihaanun Soeriaatmadja). Mereka sempat berhubungan jarak jauh karena NAYLA harus menghilang untuk studi masternya ke negeri Kangguru selama 1 tahun, mendadak mendaulat putus karena ternyata NAYLA telah berpacaran dengan KEVIN (Gary Iskak). Sahabat AGUS, WAWAN (Ananda Omesh) dan pacarnya RAYA (Richa Novisha) kontan disibukkan dengan mencoba ‘menghidupkan’ AGUS kembali yang kehilangan gairah hidup karena patah hati
Titik terang mulai muncul ketika WAWAN dan AGUS menemukan sebuah lembaga intelijen yang khusus menangani kasus patah hati bernama, HEART-BREAK.COM. Perusahaan ini dipimpin oleh wanita menarik bernama MBAK ELZA (Sophie Navita) yang dibantu oleh agen-agen lainnya seperti FERDY (Edo Borne) dan NADIA (Shara Aryo) Komedi romantis ini bercerita tentang seru dan kocaknya perjuangan jatuh bangunnya AGUS demi usahanya mendapatkan NAYLA kembali dibantu oleh strategi,taktik dan latihan simulasi khusus dari HEART-BREAK.COM.
Film ini dikemas secara apik ditambah dengan alur cerita yang unik memanjakan penonton. Akting Ramon dan Omesh juga terlihat klop, mereka mampu menghidupkan karakter dua sahabat yang konyol dan jenaka terlihat nyata. Lewat film ini, Raihaanun yang berperan sebagai Nayla pun menandai come back-nya ke layar lebar dengan baik.
Semua alur dan spot cerita di film diproduksi One Star dan memakai red-cam ini berjalan baik, frame demi frame. Bahkan special effect pun minim digunakan sehingga gambar yang dihasilkan jernih dan cerah. Film yang disutradarai dan diproduseri Affandi Abdul Rahman serta bergenre romantis berbalut komedi ini bisa dikatakan cocok untuk menghibur diri bagi orang yang memang sedang patah hati.